Pentingnya Kawasan Ekosistem Leuser
Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang berada di Sumatra bagian utara merupakan salah satu kawasan hutan hujan tropis terkaya didunia.Kawasan seluas dua juta setengah hektar ini terbentang mulai pantai Samudra India hingga hamper Selat Malaka.Wilayah ini terdiri atas kawasan hutan dataran rendah yang megah,taman alpin,rawa-rawa air tawar,lembah yang menakjubkan,serta beberapa gunung berapi.
Sebagai tindak lanjut dariKonferensi PBB tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan di Rio De Janeiro,Indonesia pun telah menandatangani Agenda 21 pada tahun 1992,Kawasan Ekosistem Leuser Didefinisikan sebagai salah satu kawasan yang mengandung keanekaragaman hayati terpenting didunia sehingga memerlukan perlindungan yang sungguh-sungguh.Kemudian,Komitmen Pemerintah Indonesia untuk melestarikan kawasan ini terwujud dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No.3/1998 yang pertama kalinya menetapkan luas Kawasan Ekosistem Leuser dan menetapkan cara pengelolaannya.
Selain keanekaragaman hayati yang unik dan bernilai tinggi kawasan ini juga berperan sebagai system penyangga kehidupan demi tercapainya pembangunan berkelanjutan bagi lebih dari empat juta orang yang bermukim dikawasan sekitarnya.Fungsi ini disebut juga dengan jasa-jasa ekoligi yang menurut pengkajian belum lama ini bernilai lebih dari Rp 1,9 trilian pertahun(Beukering and Caesar,2000).
Jasa-jasa ekologi yag terdapat di Kawasan Ekosistem Leusermencakup penyedian air bersih,pengendalian erosi dan banjir,plasmanutfah,pengaturan iklim lokal,penyrapan karbon,perikanan air tawar serta keindahan alam(mendukung industry pariwisata).Jasa-jasa ini hanya tersedia jika Kawasan Ekosistem Leuser dijaga dan dipelihara fungsinya sebagai suatu kesatuan interaksi yang utuh.
Beberapa jalan baru sedang diusulkan diwilayah Aceh dan beberapa diantaranya akan membelah Kawasan Ekosistem Leuser.pembangunan jalan-jalan yang melintasi Kawasan Ekosistem Leuser pada akhirnya akan menghasilkan dampak negatif terhadap pembanguna yang berkelanjutan di kawasan sekitarya.Pengalaman di Indonesia dan di hamper semua negara tropis telah membuktikan bahwa pembangunan jalan melintasi areal hutan menimbulkan beberapa dampak negatif, seperti berikut.
1. Terjadi peningkatan penebangan liar secara drastic (memberikan perstujuan atas rencana pembangunanjalan baru melintasi kawasan hutan konservasi akan secara tidak langsung memfasilitasi penebangan liar).
2. Peburuan liar dan perdagangan satwa liar dan tanaman komersil secara gelap akan meningkat.
3. Terjadinya permukiman liar dan perambahan hutan beberapa kilometer pada kedua sisi jalan tersebut.
4. Hilangnya lapisan tanah bagian atas secara cepat (hal ini khususnya mudah terlihat di Kawasan Ekosistem Leuser yang lebih dari 95% arealnya didominasi oleh lereng yang curam)
5. Kawasan hilir mengalami banjur air bah yang datang tiba-tiba pada musim hujan,dan menderita kekurangan air pada musim kemarau.
Walaupun semua maslah tersebut dapat diatasi,kepunahan flora dan fauna lokal masih akan terjadi.Kepunahan ini terjadi karena jalan raya merupakan rintangan yang tidak dapat dilewati oleh sebagian besar spesies satwa liar..Hutan yang asli terbagi menjadi beberapa bagian kecil (proses ini biasanya disebut fragmentasi) dengan akibat berkurangnya keanekaragaman hayati secara alami.
Langkah yang terbaik ialah tidak membangun jalan baru di Kawasan Ekosistem Leuser.Beberapa jalan yang telah diusulkan di Kawasan Ekosistem Leuser dapat diubah jalurnya.Pada kasus tertentu,hampir tidak ada penambahan biaya sama sekali.Apabila usulan pembangunan jalan tersebut bertujuan untuk mengurangi keterpencilan masyarakat,sebagai alternatif landasan terbang kecilseperti yang terdapat di Papua dan Kalimantan dapat di bangun tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Bagi jalan-jalan yang sudah ada (seperti Kutacane-Blangkejeren dan Blangkejeren-Peurelak),perlu di ambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak jalan tersebut terhadap kawasan hutan disekitarnya.Solusi yang dapat diambil diantara lain membangun terowongan dan jembatan untuk mengurangi gangguan terhadap lintasan satwa liar.membangun jalur kereta api sebagai alternatif pembangunan jalan mungkin merupakan solusi yang biayanya lebih besar,tetapi lebih baik.jalur kereta api,selain dapat mencegah arus masuk yang tidak terkendali,juga dapat memfasilitasi perdagangan komoditas.
Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam belum lama ini mengambil langkah yang cukup penting dengan membuat surat permohonan kepada Bank Dunia untuk memohon bantuan dalam bidang perencanaan infrastruktur terpadu untuk Aceh.Perencanaan yang baik lebih bermanfaat pada tahap ini dari pada proyek-proyek khusus (ad hoc projects) untuk menciptakan system infrastruktur yang efektif sambil melestarikan Kawasan Ekosistem Leuser.
Akhirnya,terdapat tiga kesimpulan penting dari hasil studi yang dilakukan oleh Pieter van Beukering et. al. (2001).
1. Konsevasi Kawasan Ekosistem Leuser memberikan manfaat ekonomi (economic value) Rp 1,9 triliun lebih besar pertahun untuk jangka waktu 30 tahun kedepan dibandingkan dengan eksploitasi kawasan secara intensif (deforestation).
2. Konservasi Kawasan Ekosistem Leuser memberikan manfaat kepada semua kelompok terkait (stakeholders) dalam masyarakat ,terutama masyarakat lokal.
3. Semua kabupaten di lingkungan Ekosistem Leuser sangat diuntungkan oleh program konservasi sehingga cukup beralasan jika kabupaten terkait melibatkan diri secar saksama dalam suatu perencanaan pengembangan bersama Konservasi Leuser.